Selasa, 12 April 2011

Yudi Guntara Impian Memakai Kostum Biru Menjadi Nyata



Semangat menggebu begitulah kesan awal sosok Yudi Guntara ketika kembali menguraikan fase terindah dalam episode kehidupannya semasa bergabung bersama tim kebanggaan Jawa Barat, Persib "Maung Bandung". Tahun 1987 ia mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi Ibu Kota sehingga ia sempat memperkuat kesebelasan Persija yang notabene adalah rival kuat barisan "Pangeran Biru". Motivasinya untuk terus mengasah bakat di bidang sepakbola menjadi alasan lain kenapa dia harus memakai kostum oranye. Seiring perjalanannya, tahun 1990 dia kembali memperkuat skuad pemain Persib dalam Kompetisi Perserikatan. Generasi Yudi Guntara merupakan angkatan penutup yang meraih gelar di ajang perserikatan 1993-1994, pada tahun terakhir sebelum berubah menjadi liga sampai sekarang. Hingga di tahun pertama Liga Indonesia diselenggarakan, Persib kembali meraih juara. Sungguh prestasi yang patut dibanggakan. Sejarah itu pasti bisa diulang lagi tegasnya.
Yudi Guntara memang sudah bercita-cita menjadi pemain sepakbola profesional sejak kecil. Ia sangat mengidolakan Persib dan keberhasilannya bergabung di dalam tim merupakan mimpi yang menjadi nyata. Saat itu menjadi seorang pemain tim besar Bandung bukanlah demi mengejar penghasilan semata, tetapi menjadi atlet muda yang mampu mengharumkan nama baik "Pangeran Biru" adalah kebanggaan terbesar dalam hidupnya. "Kondisi pada waktu itu, bayaran seorang pemain belum mengenal sistem kontrak seperti saat ini. Bayaran didapatkan seorang pemain bila menginjakan kaki di lapangan dalam pertandingan," kata karyawan Bank Jabar Banten ini.

Selintas kenangan tak terlupakan ketika mengukir pembuktian kepada pecinta Persib, Maung Bandung tak pernah terkalahkan selama sejarah pertandingan di Stadion Siliwangi masa itu. Momentum langka aneh tapi nyata saat Persib melawan tim Barito Putra pada semifinal Liga Indonesia I. Kala itu, serangan gencar dengan formasi ideal, tetapi belum ada satu bola pun yang bersarang di gawang lawan sampai timbul tanda tanya di antara pemain. "Rasanya ganjil mencetak satu gol sangat sulit bukan main. Akhirnya salah satu pemain mendekati gawang lawan hingga ditemukan dua buah telur putih yang berada di dekat kedua tiang gawang kiper lawan," ujar Yudi.

Atas dasar inisiatif pemain yang berhasil menemukan jawaban atas semua tanda tanya, pemain langsung itu langsung membuang dua buah telur itu. Pascainsiden tersebut, "Maung Bandung" mampu melesatkan bola ke dalam jaring lawan dan pertandingan dimenangkan dengan mudah.

Hampir serupa dengan pemain masa lampau pada umumnya, rasa memiliki di antara pemain sangat melekat dan membekas. Terbukti hasil didikan Indra Thohir selama 2 tahun berturut-turut tidak hanya mampu membentuk tim kualitas yang unggul, tetapi juga mampu menumbuhkan rasa kebersamaan antarpemain. Sang pelatih mempercayai itu semua sebagai salah satu modal untuk menjadi juara. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar